Senin, 30 Mei 2011

PEMBELAJARAN PENGAYAAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan pembelajaran tidak jarang dijumpai adanya peserta didik yang lebih cepat dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pelajaran yang telah ditentukan. Peserta didik kelompok ini tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran maupun mengerjakan tugas-tugas atau latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan sebagai indikator penguasaan kompetensi. Peserta didik yang telah mencapai kompetensi lebih cepat dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal melalui pembelajaran pengayaan. Untuk keperluan pemberian pembelajaran pengayaan perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap potensi lebih yang dimiliki peserta didik.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, sekolah perlu menyusun rencana sistematis pemberian pembelajaran pengayaan untuk membantu perkembangan potensi peserta didik secara optimal.

B. Tujuan

Panduan pembelajaran pengayaan ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman mengenai pengayaan dan membantu guru mengembangkan pembelajaran pengayaan

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup panduan ini, menyajikan latar belakang dan tujuan penyusunan panduan pembelajaran pengayaan, hakikat pembelajaran pengayaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran pengayaan.

PEMBELAJARAN PENGAYAAN

A. Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan

Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan. Standar isi (SI) memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi lulusan (SKL) berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Sementara berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, disajikan dalam silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh guru. Menurut pasal 6 PP. 19 Th. 2005, terdapat 5 kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang dijumpai adanya peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan prakarsa, kreativitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran pengayaan.

B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan

Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya.

Untuk memahami pengertian program pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku berdasar Permendiknas 22, 23, dan 24 Tahun 2006 pada dasarnya menganut sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Penilaian proses juga digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai hambatan-hambatan.

Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu. Penilaian akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi (tingkat penguasaan) minimal atau ketuntasan belajar seperti yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.

C. Jenis Pembelajaran Pengayaan

Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:

1. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.

2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.

3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.

Pemecahan masalah ditandai dengan:

a. Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;

b. Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan;

c. Penggunaan berbagai sumber;

d. Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;

e. Analisis data;

f. Penyimpulan hasil investigasi.

Sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik lebih cepat belajar dibanding sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan kompetensi melebihi standari isi. Misalnya sekolah-sekolah yang menginginkan memiliki keunggulan khusus.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGAYAAN

Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun kualitas belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah sistematis, yaitu pertama mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.

A. Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar

1. Tujuan

Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi:

a. Belajar lebih cepat.

Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.

b. Menyimpan informasi lebih mudah

Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan mudah diakses untuk digunakan.

c. Keingintahuan yang tinggi

Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.

d. Berpikir mandiri.

Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.

e. Superior dalam berpikir abstrak.

Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.

f. Memiliki banyak minat.

Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.

2. Teknik

Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes inventori, wawancara, pengamatan, dsb.

a. Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.

b. Tes inventori

Tes inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar, dsb.

c. Wawancara

Wanwancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.

d. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.

B. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan

Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan antara lain melalui:

1. Belajar Kelompok

Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.

2. Belajar mandiri.

Secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati.

3. Pembelajaran berbasis tema.

Memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.

4. Pemadatan kurikulum.

Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.

Perlu dijelaskan bahwa panduan penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini terutama terkait dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah biasa. Namun demikian kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah dapat juga memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan kecerdasan dalam bentuk kegiatan pengembangan diri dengan spesifikasi pengayaan kompetensi tertentu, misalnya untuk bidang sains. Pembelajaran seperti ini diselenggarakan untuk membantu peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat nasional maupun internasional seperti olimpiade internasional fisika, kimia dan biologi.

Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.

PENUTUP

Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda. Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi peserta didik pun berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi maupun kelebihan yang dimiliki peserta didik.

Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, peserta didik yang lebih cepat mencapai kompetensi yang telah ditentukan perlu diberi pembelajaran pengayaan.

Sebelum memberikan pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu pendidik perlu mengidentifikasi kelebihan-kelebihan yang dimiliki peserta didik. Banyak teknik yang dapat digunakan, antara lain menggunakan tes, wawancara, pengamatan, dsb. Setelah diketahui kelebihan yang dimiliki, peserta didik diberikan pembelajaran pengayaan. Bentuk pembelajaran pengayaan misalnya pembelajaran kelompok, belajar mandiri, pembelajaran tematik, dan pemadatan kurikulum

SUMBER
http://www.docstoc.com/docs/1994016/9-PEMBELAJARAN-PENGAYAAN_270208

Sabtu, 28 Mei 2011

Cara Mudah Berhitung Jarimatika

Cara Cepat dan Mudah Belajar Matematika Berhitung Jari – Metode atau jurus rahasia berhitung perkalian, pembagian, dan penjumlahan yang praktis untuk anak ketika belajar matematika dengan hitungan jari. Semua teknik belajar ini mudah dipelajari dan sangat simple.

Teknik penerapan belajar matematika dengan mudah menggunakan hitungan jari ada beberapa cara yang akan saya sebut dengan beberapa inisial seperti Jurus 1 Jari Ajaib, Jurus 2 Jari Ajaib, dan Jurus 3 Jari Ajaib seperti inilah teknik penerapannya :

Jurus 1 Jari Ajaib

Untuk perkalian 9 ( 1×9 sampai 10×9 )

1. Buka ke dua tangan anda, mulai dari jari kelingking kiri adalah 1 hingga jari kelingking kanan adalah 10.
2. Misalnya kita ingin menghitung 3×9; maka lipat jari nomor 3 dari kiri (jari tengah tangan kiri)
3. Jari no 3. Ini yang kita lipat, berfungsi sebagai pemisah antara puluhan dan satuan. Dari jari tangan yang kita peragakan tersebut artinya di sebelah kiri jari yang dilipat ada 2 jari, yang mewakili angka 20. Sedangkan di sebelah kanan jari yang dilipat ada tujuh jari, mewakili angka 7. Berarti 2 puluhan dan 7 satuan, sama dengan 27. Jadi 3×9 = 27
4. Cobalah dengan contoh lain misalnya 6×9 atau 9×9, ingat dihitungnya dari jari kelingking tangan kiri ya …

Jurus 2 Jari Ajaib

Untuk perkalian 5 ( 1×5 sampai 10×5 )

1. Buka ke dua tangan anda, mulai dari jari kelingking kiri adalah 1 hingga jari kelingking kanan adalah 10.
2. Buat irama atau lagu untuk anak. Katakan 5, 10, 15,20, 25, 30, 35, 40, 45, 50. Prinsipnya adalah melompat bilangan 5.
3. Sekarang minta anak dengan menunjuk jari kelingking kiri (jari no. 1) sambil berkata 5. Tunjuk jari no. 2 dengan berkata 10. Tunjuk jari no.3 dengan berkata 15 dan seterusnya sampai jari ke 10 dengan berkata 50.
4. Bila sudah hafal dengan jari dan iramanya, coba test anak dengan menunjuk jari no. 6 misalnya, maka dia otomatis akan menjawab 30.

Jurus 3 Jari Ajaib

Untuk perkalian 6, 7 dan 8

1. Gunakan semua jari anda di kaki dan tangan. Jari kaki mewakili 1 sampai 5 kemudian tangan kiri mulai jempol kiri mewakili no. 6 sampai kelingking kiri mewakili 10. Demikian pula kaki kanan dan tangan kanan, mulai jempol kanan mewakili 6 sampai kelingking kanan mewakili 10.
2. Misalnya kita ingin mendapatkan hasil dari perkalian 6×7, maka lipat jempol kiri untuk mewakili 6, dan lipat jempol dan telunjuk kanan untuk mewakili 7.
3. Perhatikan jari yang dilipat. Setiap jari yang dilipat mewakili angka 10. Pada contoh yang kita gunakan ada 3 jari yang dilipat berarti 30.
4. Selanjutnya hitung jari yang tidak dilipat. Jari di kiri ada 4, sedangkan jari di kanan ada 3. Kalikan kedua angka tersebut yaitu 4×3 = 12
5. Terakhir menjumlahkan angka 30 di langkah c dan angka 12 di langkah d, 30 + 12 = 42
6. Lakukan lagi latihan dengan contoh lain misalnya 7×8 atau 6×5 dan seterusnya

Jika sudah memahami semua teknik “Cara Cepat dan Mudah Belajar Matematika Berhitung Jari” di atas, sudah bisa dipastikan anak anda akan lebih jago matematika terutama untuk ilmu hitung menhitung

Guru dan Eksistensialisme

GURU DAN eksistensialisme
1) eksistensialis tidak ingin guru menjadi wasit berpikiran sosial atau penyedia kegiatan sosial bebas (sebagai pragmatis atau idealis). dirinya adalah kepribadian yang bebas, yang terlibat dalam hubungan dengan siswa atau individu sehingga siswa mendapatkan ide bahwa mereka kepribadian bebas.
2) Dia tidak langsung dapat mempengaruhi siswa tentang nilai-nilai, tetapi ia harus memaksakan nilai-nilai yang dihargai oleh siswa, nilai-nilai tes menjadi kode etik bagi siswa, yang mungkin mulai menerima mereka tanpa berpikir.
3) Mempengaruhi pikiran siswa untuk berfungsi bebas sehingga mereka menjadi bebas, beramal dan bergerak sendiri.
4) Peran guru sangat penting karena dia adalah pencipta seperti situasi pendidikan di mana pelajar dapat membangun hubungan dengan dirinya dengan menjadi sadar akan dirinya dan dapat mencapai realisasi diri.
5) Guru harus mendorong kreativitas mereka, penemuan mereka, cipta mereka, tetapi ia tidak harus berusaha untuk mengarahkan mereka atau memaksakan keinginannya pada mereka. Setiap siswa memiliki kepribadian sendiri. guru mencoba untuk menentukan apa yang terbaik bagi siswa, dan sangat efektif untuk memaksakan keinginan pada siswa dan mendominasi mereka. Hanya kepastian adalah kematian. Semua orang, siswa dan guru akan mati di beberapa titik waktu. Akibatnya, pendidikan untuk mati tetap sebagai bagian paling penting dari kurikulum. Meskipun demikian, para siswa bebas harus memilih, dan semua bagian lain dari kurikulum
6) Guru tidak harus mengerahkan pengaruhnya pada pilihan kurikuler, ia berusaha untuk mengerahkan kekuatannya pada individu la
7) Guru harus menghindari menerapkan label untuk anak-anak (seperti 'malas', 'pelajar lambat', dll)

http://www.articlesbase.com/education-articles/existentialism-in-education-1233391.html
Dr.SSChaugule

Kognisi Sosial Albert Bandura

I. PENGERTIAN
- berfikir seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain

- Merupakan cara individu untuk menganalisa, menginngat dan menggunakan informasi mengenai kejadian  atau peristiwa-peristiwa sosial(Dyne &Baron 2000)

- adalah pengkodean, penyimpanan, pencarian, dan pengolahan, di otak, dari informasi yang berkaitan dengan individu sejenis lainnya , atau anggota dari spesies yang sama. (wikipedia)

Contohnya, saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki crri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa). Dalam menganalisa suatu peristiwa, terdapat 3 proses, yaitu:
1. attention : proses pertama kali terjadi dimana individu memperhatikan gejala-gejala sosial yang ada disekelilingnya
2. encoding : memasukkan apa yang diperhatikan ke dalam memorinya dan menyimpannya
3. retrieval : apabila kita menemukan gejala yang mirip kita akan mengeluarkan ingatan kita dan membandingkan apabila ternyata sama maka kita bisa mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau bisa juga individu mengeluarkan ingatannya ketika akan menceritakan peristiwa yang dialami.
Dalam kognisi sosial dikenal istilah skema yang merupakan semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi suatu fenomena yang diperhatikan individu. Terdapat 3 macam jenis skema, yaitu:
1. person : gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau diri individu itu sendiri
2. roles : gambaran mengenai tugas dan peranan individu-individu di sekeliling kita
3. events : gambaran mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang dialami atau dilihat individu sehari-hari.
II. KOMPONEN DASAR KOGNISI SOSIAL
A. Skema Sosial
Komponen dasar kognisi social adalah skema (schema). Skema adalah sruktur mental yang membantu kita mengorganisasi informasi social, dan menuntun pemrosesannya. Skema berkisar pada suatu subyek atau tema tertentu.. dalam otak kita, skema itu seperti scenario, yang memiliki alur. Skema di otak kita terbenuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain. Contohnya, skema kita tentang McD membuat kita tau bagaimana cara untuk makan di McD sehingga begitu kita datang ke McD kita langsung ke kasir untuk memesan makanan. Skema yang kita miliki akan mempengaruhi sikap kita pada sesuatu.
Skema menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention), pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer & Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
Skema juga memiliki kelemahan (segi negative). Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah—skema memiliki efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah nahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skjema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata, “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—ramalan yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini menurun. Stereotip tidak hanya memiliki pengaruh—nsmun bisa melalui efek pemaastian dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.
B. Heuristic
Kejenuhan informasi (information overloaded) adalah suatu keadaan di mana pengolahan informasi kita telah berada di luar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya sehingga menuntut system kognitif yang lebih besar daripada yang bisa diolah. Berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif harus memenuhi 2 persyaratan, yaitu: harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi social dalam jumlah yang banyak, dan harus dapat digunakan—harus berhasil. Namun, yang paling berguna adalah Heuristic yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti. Heuristic ada 2 macam:
1. Heuristic keterwakilan (heuristic representativeness) yaitu sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain. Contoh: kita mengenal Ratna sebagai pribadi yang teratur, lramah, rapi, memiliki perpustakaan di rumahnya dan sedikit pemalu. Namun kita tidak mengetahui pekerjaannya. Mungkin kita langsung menilainya sebagai pustakawan. Dengan kata lain, kita menilai berdasarkan: semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas orang-orang dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
2. Heuristic ketersediaan (availability heuristic) yaitu sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam benak kita. Heuristic ini dapat mengarahkan kita untuk melebih-lebihkan kemungkinan munculnya peristiwa dramatis, namun jarang, karena peristiwa itu mudah masuk ke pikiran kita. Contoh: banyak orang merasa lebih takut tewas dalam kecelakaan pesawat daripada kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu. Heuristic ini berhubungan dengan proses pemaparan awal (priming)—meningkatnya ketersediaan informasi sebagai hasil dari sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus. Pemaparan awal bisa muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya—disebut juga pemaparan awal otomatis.
Cara lainnya adalah dengan pemrosesan otomatis (automatic processing) yang terjadi ketika, setelah berpengalaman melakukan suatu tugas atau mengolah suatu onformasi tertentu yang seakan tanpa perlu usaha yang besar, secara otomatis dan tidak disadari. Contohnya: saat pertama kali belajar sepeda, kita memerlukan perhatian khusus dalam mengendarainya. Seiring dengan berkembangnya keahlian bersepeda kita, kita dapat melakukan tugas-tugas lain seperti berbicara sambil bersepeda. Begitu teraktivasi, skema dapat menimbulkan efek perilaku yang otomatis.
C. Sumber-Sumber Yang Berpotensi Menimbulkan Kesalahan Dalam Kognisi Social
1. Bias negativitas, yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative. Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal-hal positif.
2. Bias optimistic, yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negative dan kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peristiwa negative. Contoh: pemerintah seringkali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek besar—jalan, bandara baru, dsb. hal ini mencerminkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negative dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic: mereka menjadi pesimis.
3. Kerugian yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir. Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita ke dalam kesulitan kognoitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting adalah penting.
4. Pemikiran konterfaktual, yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “apa yang akan terjadi seandainya…”. Contoh: ketika selamat dari kecelakaan pesawat, Andi justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya?”, dsb. pemikiran konterfaktual dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia—kelambanan apatis—muncul ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif.
5. Pemikiran magis, yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh: supaya ujian lulu, Raju berdoa banyak-banyak dan memakai banyak cincin.
6. Menekan pikiran, yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam kesadaran. Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu: proses pemantauan yang otomatis yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untul muncul kea lam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdeteksi, proses kedua terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa mengganggu pikiran yang lain. Contoh:anti yang ikut program diet menekan pikirannya akan makanan-makanan manis.
D. Afeksi dan Kognisi
Perasaan kita dan suasana hati memiliki pengaruuh yang kuat terhadap beberapa aspek kognisi, dan kognisi juga berperan kuat pada perasaan dan suasana hati kita. Suasana hati saat ini dapat secara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsang yang baru pertama kali kita temui. Contoh: ketika kiota sedang bergembira dan berkenalan dengan orang baru, penilaian kita terhadap orang tersebut pastinya lebih baik dibanding saat kita berkenalan dengannya ketika kita bersedih. Pengaruh afek lainnya adalah pengaruh pada ingatan. Ingatan yang bergantung pada suasana hati (mood-dependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasana hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita berada dalam suasana hati tersebut. Pengaruh kedua dikenal dengan efek kesesuaian suasana hati (mood-congruence effects) yaitu kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana hati yang negative. Suasana hati saat ini juga berpengaruh pada komponen kognisi lain yaitu kreativitas. Informasi yang emosional (emotional contamination) yaitu suatu proses di mana penilaian, emosi atau perilaku kita dipengaruhi oleh pemrosesan mental yang tidak disadari dan tidak terkontrol (Wilson & Brekke, 1994).
Kognisi juga dapat mempengaruhi afeksi yang dijelaskan oleh teori emosional dua factor (two-factor theory of emotion) (Schachter, 1964) yang menjelakan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atu sikap kita sendiri. Sehingga, kita menyimpulkannya dari lingkungan—dari situasi di mana kita mengalami reaksi-reaksio internal ini. Contohnya: ketika kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Selain itu, kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Skema atau stereotip yang teraktivasi dengan kuat dapat sangat berpengaruh pada perasaan atau suasana hati kita saat ini. Selain itu, Pikiran isa mempengaruhi afeksi melibatkan usaha kita dalam mengatur emosi kita.

III. TEORI KOGNISI SOSIAL
A. Sejarah dan Orientasi
Pada tahun 1941 Miller dan Dollard mengusulkan teori belajar sosial. Pada tahun 1963 Bandura dan Walters memperluas teori pembelajaran sosial dengan prinsip belajar observasional dan penguatan mengganti. Bandura memberikan konsep tentang efektivitas diri pada tahun 1977, sementara ia menyangkal teori pembelajaran tradisional untuk memahami pembelajaran.
Teori Kognitif Sosial relevan untuk komunikasi kesehatan. Pertama, teori berkaitan dengan kognitif, aspek emosional dan aspek perilaku untuk memahami perubahan perilaku. Kedua, konsep SCT menyediakan cara untuk penelitian perilaku baru dalam pendidikan kesehatan. Akhirnya, ide untuk wilayah teoritis lainnya seperti psikologi dipersilakan untuk memberikan wawasan baru dan pemahaman.
B. Asumsi dan kegunaan Teori Kognisi
Teori kognitif sosial menjelaskan bagaimana orang memperoleh dan mempertahankan pola-pola perilaku tertentu, sementara juga menyediakan dasar bagi strategi intervensi (Bandura, 1997). Mengevaluasi perubahan perilaku tergantung pada faktor lingkungan, orang dan perilaku. SCT menyediakan kerangka kerja untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program.
Lingkungan mengacu pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Ada lingkungan sosial dan fisik. lingkungan sosial meliputi anggota keluarga, teman dan kolega. Lingkungan fisik adalah ukuran ruangan, suhu lingkungan atau ketersediaan makanan tertentu. Lingkungan dan situasi menyediakan kerangka bagi perilaku pemahaman (Parraga, 1990). Situasi ini mengacu pada representasi kognitif atau mental dari lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Situasi ini persepsi seseorang dari renda, waktu, ciri-ciri fisik dan aktivitas (Glanz et al, 2002).
Tiga faktor lingkungan, orang dan perilaku yang terus-menerus mempengaruhi satu sama lain. Perilaku bukan sekedar hasil dari lingkungan dan orang itu, seperti lingkungan tidak hanya hasil orang dan perilaku (Glanz et al, 2002). lingkungan yang menyediakan model untuk perilaku belajar. observasi terjadi ketika seseorang menyaksikan tindakan orang lain dan bala bahwa orang yang menerima (Bandura, 1997). Konsep perilaku dapat dilihat dalam banyak hal kemampuan Behavioral. Berarti bahwa jika seseorang untuk melakukan perilaku dia harus tahu apa perilaku itu dan memiliki kemampuan untuk melakukan itu.
C. Konsep Teori Kognitif Sosial
Lingkungan: Faktor-faktor fisik eksternal untuk orang tersebut; Menyediakan peluang dan dukungan sosial
Situasi: Persepsi lingkungan; benar mispersepsi dan mempromosikan bentuk-bentuk sehat
kemampuan Perilaku: Pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan perilaku tertentu; mempromosikan penguasaan pembelajaran melalui pelatihan keterampilan
Harapan: Nilai-nilai bahwa tempat-tempat orang pada hasil yang diberikan, insentif; Hadir hasil perubahan yang memiliki arti fungsional
Kontrol diri: Peraturan Pribadi-diarahkan perilaku tujuan atau kinerja; Menyediakan kesempatan bagi pemantauan diri, penetapan tujuan, pemecahan masalah, dan self-penghargaan
Belajar Mengamati: perolehan perilaku yang terjadi dengan mengamati tindakan dan hasil perilaku orang lain; peran model kredibel Termasuk perilaku yang ditargetkan
Bala bantuan: Tanggapan perilaku seseorang yang menambah atau mengurangi kemungkinan terjadinya kembali; Promosikan diri dimulai reward dan insentif
Efektivitas diri: Kepercayaan seseorang dalam melakukan suatu perilaku tertentu; perilaku perubahan Pendekatan dalam langkah-langkah kecil untuk memastikan keberhasilan
tanggapan mengatasi Emosional: Strategi atau taktik yang digunakan oleh seseorang untuk menangani rangsangan emosional; memberikan pelatihan dalam pemecahan masalah dan stress manajemen
determinisme reciprocal: Interaksi dinamis pribadi, perilaku, dan lingkungan di mana perilaku dilakukan; mempertimbangkan beberapa jalan untuk mengubah perilaku, termasuk lingkungan, keterampilan, dan perubahan pribadi.

D. MANFAAT DAN IMPLIKASI
Dewasa-anak interaksi sangat penting dalam membentuk pembangunan. teori sosial kognitif memiliki implikasi besar bagi masa depan pendidikan dan perkembangan anak secara umum. Jika anak-anak belajar dialami sendiri melalui orang lain dan urutan penguatan, kemudian metode interaksi dewasa-anak dan strategi dapat dimanipulasi untuk menciptakan hasil yang paling disukai. Guru dapat menggunakan teori ini untuk mendorong perilaku tertentu dalam kelas sosial, dan orang tua dapat mengelilingi anak-anak dengan model peran positif untuk membantu pengaruh perilaku. Karena teori kognitif sosial mencakup pengertian bahwa seseorang tidak memiliki banyak kontrol internal dan pribadi atas perilaku sendiri, adalah penting bahwa orang lain mengakui dan mendukung pilihan individu, kehendak bebas, motivasi dan self-peraturan di atas dilihat lebih deterministik manusia perilaku.

http://psikologi-online.com/apakah-sosial
http://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/01/13/resume-konsep-dasar-perilaku-sosial-persepsi-dan-kognisi-sosial/
http://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/10/kognisi-sosial-berpikir-mengenai-dunia-sosial/
Source: Glanz et al, 2002, p169. Sumber: Glanz et al, 2002, p169.
http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.ehow.com/about_5434270_theory-social-cognition.html
Source: Pajares (2002). Overview of social cognitive theory and of self-efficacy . Sumber: Pajares (2002) keampuhan. Ikhtisar teori kognitif sosial dan diri. 12-8-04. 12-8-04.

Mari Belajar Matematika


Fungsi Matematika
Kata "matematika" berasal dari bahasa Yunani Kuno μάθημα (máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika", bahkan demikian juga pada zaman kuno
Matematika Sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan (simbol) serangkaian makna dari pernyataan yang akan disampaikan. Tanpa matematika bahasa verbal sehari-hari akan sukar dalam mengatasi percakapan yang eksak dan terukur. Matematika juga merupakan bahasa untuk menghilangkan majemuk dan emosional dalam dari bahasa verbal.Bahasa matematika dilambangkan dengan symbol yang artifisal dan individual yang merupakan perjanjian yang telah berlaku khusus.
Matematika Sebagai Sifat Kuantitatif
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan seseorang untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan kata lain matematika dapat membuktikan secara eksak dan memperkuat suatu pernyataan secara verbal (kualitatif) sehingga didapat daya prediktif dan control ilmu yang tepat.
Matematika sebagai sarana berfikir deduktif
Berfikir deduktif adalah cara berfikir dengan premis-premis pernyataan yang kebenarannya telah ditentukan. Dengan kata lain bahasa matematika saling berhubungan dan harus sesuai dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah ditetapkan.

Perkembangan Matematika
Matematika sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara deduktif. Griffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap, yaitu:


Zaman peradaban mesir kuno
Dalam hal ini matematika dipergunakan dalam perdagangan, pertanian, bangunan dan usaha mengontrol alam seperti banjir.
Zaman peradapan yunani
Pada zaman peradaban yunani, matematika diletakkan sebagai dasar berfikir rasional dengan menetapkan langkah-langkah dan definisi tertentu.tokoh yang terkenal pada zaman yunani adalah phytagoras. Dia menjelaskan teorema mencari garis miring pada segitiga siku-siku.
Zaman peradaban Timur
Bangsa Arab, Cina dan India mengembangkan ilmu hitung, aljabar dan angka –angka secara sederhana. Sehingga orang timur mengalami perkembangan yang pesat dalam perdagangan khususnya ilmu hitung aljabar. Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah al khawarizmi yang menciptakan rumus abc yang sampai saat ini tetap digunakan oleh manusia.
Zaman Renaissance
Gagasan orang-orang Yunani dan penemuan ilmu hitung dan aljabar itu dikaji kembali sehingga menjadi dasar bagi kemajuan matematika modern selanjutnya. Sehingga terjadi bermacam-macam cabang ilmu matematika sampai saat ini, seperti kalkulus, deferensial integral, matematka terapan, geometri dimensi banyak, yang akhirnya pada saat ini matematika banyak dipakai pada banyak disipin ilmu antara lain kedokteran, teknoogi informasi, matematika kimia dan masih banyak lagi.
Sebagai sarana ilmiah maka matematika tidak dapat mengandung kebenaran tentang sesuatu yang bersifat factual mengenai dunia empiris. Matematika adalah alat yang memungkinkan diketemukannya kebenaran secara ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan. Kriteria kebenaran matematika adalah konsistensi dari berbagai postulat, definisi, teorema dan berbagai aturan lainnya. Untuk itu matematika tidak bersifat tunggal, seperti juga logika,melainkan sifat zamak.


Beberapa Aliran Filsafat Matematika
Aliran Logistik
Matematika merupakan cara berfikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Gotlob Frege (1848 - 1925) yang menyatakan hokum bilangan dapat direduksikan kedalam proporsi-proporsi logika. Yang semuanya dapat dinyatakan dengan lambang dan simbol.
Aliran Formalis
Aliran ini menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa per-lambang. mengusahakan matematika sebagai bahasa lambang yang kebenarannya bisa dibuktikan secara eksak dengan premis-premis yang terurut.
Aliran Intuisionis
Aliran ini menekankan bahwa hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melaui kegiatan intuitif dalam pembuktian berhitung dan menghitung dan didasarkan atas logika yang seling berhubungan
Ketiga aliran diatas tidak sepenuhnya berhasil. Perbedaan pandangan terhadap ketiga aliran diatas memberikan inspirasi kepada aliran-aliran lainnya dalam pertemuan ide. Dengan kata lain aliran logistic mempergunakan system symbol yang dipergunakan oleh kamu formalis dalam kegiatan analsisnya. Kaum institusionis memberikan titik tolak dalam mempelajari matematika dalam pandangan suatu budaya tertentu. Ketiga pendekatan matematika ini, lewat pemahamannya masing-masing, memperkukuh matematika sebagai sarana kegiatan berfikir deduktif.

Matematika dan Peradaban
Matematika tak lepas dari peradaban, bahkan matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sebagai contoh sekitar 3500 SM bangsa mesir kuno telah menciptakan symbol-simbol dan lambang angka, yang menurut para ahli berfungsi untuk pengukuran pasang surut sungai nil dan meramalkan timbulnya banjir. Tak jauh beda dengan peradaban manusia sekarang. Penduduk kota pertama adalah makhluk yang berbicara, dengan teknologi yang semakin canggih manusia dikatakan makhluk yang berhitung yang hidup dalam jaringan angka-angka, seperti resep makanan, jadwal kerja,angka pengangguran, pembayaran tagihan, pajak, transaksi jual beli, suhu lingkungan dan biaya hidup manusia.
Matematika merupakan bahasa artificial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah.dalam suatu disiplin ilmu, ketidaktahuan tentang matematika ini menyebabkan bidang ilmu tersebut terpaku pada tahap kualitatif, maka bisa dikatakan bidang keilmuan tersebut belum sempurna. Seperti pernyataan Bertrand Russel “ilmu kualitatif adalah masa kecil dari ilmu kuantitatif, ilmu kuantitatif merupakan masa dewasa ilmu kualitatif”. Manusia akan terus tumbuh dan mendewasa dalam pengambilan keputusan yang didasari perkembangan matematikanya dalam mendalami disiplin ilmu.